Persediaan

pesediaan barang dangangDefinisi Persediaan :

Perusahaan Dagang
->Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan.

Perusahaan Manufaktur
->Barang-barang atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.

Pengendalian
Dua sistem untuk menyelenggarakan catatan persediaan :

  1. Sitem Perpetual
  2. Sistem Periodik (fisik)

1.Sistem Perpetual
Fitur :

  • Pembelian barang didebitkan ke rekening Persediaan
  • Biaya angkut pembelian, retur, dan potongan pembelian didebitkan ke rekenening Persediaan
  • Jika terjadi penjualan, HPP di debit dan Persediaan di kredit
  • Perhitungan fisik dilakukan untuk menguji saldo rekening
  • Dibutuhkan alat bantu yang disebut Kartu Persediaan

Sistem ini menyelenggarakan catatan yang berkelanjutan (continuous record) tentang Persediaan dan HPP

2.Sistem Periodik (fisik)
Fitur :

  • Pembelian barang didebitkan ke rekening Pembelian
  • Persediaan akhir berdasarkan perhitungan fisik
  • Perhitungan HPP :
    HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN BERSIH – PERSEDIAAN AKHIR

    Persediaan awal 100.000
    Pembelian bersih 800.000
    Barang tersedia dijual 900.000
    Persediaan akhir 125.000
    Harga Pokok Penjualan 775.000

Perbedaan metode Perpetual VS Periodik

Sistem Perpetual Sistem Periodik
Persediaan awal 100unit @7 = 700
Pembelian 900unit @7 Persediaan 6.300 Pembelian 6.300
Utang Dagang 6.300 Utang Dagang 6.300
Penjualan 600unit dengan harga 14/unit Piutang Dagang 8.400 Piutang Dagang 8.400
Penjualan 8.400 Penjualan 8.400
HPP 4.200
Persediaan 4.200
Penyesuaian Tidak ada jurnal Persediaan 2.100
(persediaan akhir ->  400unit @7 = 2.800) HPP 4.200
Pembelian 6.300

inventory

Penilaian Persediaan

1.Metode Rata-Rata (Average)

Penggunaan metode ini sangat mudah. Yang dibutuhkan hanya jumlah pembelian dalam satu periode (biasanya satu tahun buku), berupa jumlah kuantitas dan nilai pembelian dalam satuan moneter. Pada akhir periode jumlah pembelian dibagi dengan kuantitas yang dibeli untuk mendapatkan harga rata-rata pembelian.

Dengan harga rata-rata pembelian ini persediaan dinilai, yaitu berdasarkan kuantitas dikalikan harga rata-rata.

Januari 1 Persediaan awal 10 ton @ 200.000

2.000.000

Januari 5 Pembelian 10 ton @ 210.000

2.100.000

Januari 26 Pembelian 30 ton @ 190.000

5.700.000

Januari 30 Pembelian 10 ton @ 205.000

2.050.000

Total 60 ton

11.850.000

Bila berdasarkan perhitungan persediaan secara fisik tanggal 30 Januari didapati 15 ton gula di gudang maka dapat ditentukan bahwa 60 ton – 15 ton = 45 ton gula telah terjual.

Harga rata-rata persediaan yang dibeli adalah : 11.850.000/60 =

197.500

Maka nilai 15 ton persediaan gula adalah : 15×197.500 =

2.962.500


2.Metode FIFO (First In First Out), Masuk Pertama Keluar Pertama

Metode ini beranggapan bahwa barang dalam persediaan yang pertama kali masuk ke dalam gudang adalah yang pertama pula dipakai atau dijual. Contoh berikut adalah transaksi pembelian gula yang terjadi selama satu bulan.

Januari 1 Persediaan awal 10 ton @ 200.000

2.000.000

Januari 5 Pembelian 10 ton @ 210.000

2.100.000

Januari 26 Pembelian 30 ton @ 190.000

5.700.000

Januari 30 Pembelian 10 ton @ 205.000

2.050.000

Total 60 ton

11.850.000

Bila berdasarkan perhitungan persediaan secara fisik tanggal 30 Januari didapati 15 ton gula di gudang maka dapat ditentukan bahwa 60 ton – 15 ton = 45 ton gula telah terjual. Nilai 15 ton gula ini bila menggunakan metode FIFO adalah sebagai berikut:

10 ton dari pembelian tanggal 30 Januari yaitu @ 205.000 =

2.050.000

5 ton dari pembelian tanggal 26 Januari yaitu @ 190.000 =

950.000

Total =

3.000.000

3.Metode LIFO (Last In First Out), Masuk Terakhir Keluar Pertama

Metode ini merupakan kebalikan dari FIFO (first in first out). Dalam menghitung nilai persediaan, barang yang terakhir dibeli akan dianggap yang pertama dipakai atau dijual. Dengan demikian, nilai persediaan akan ditentukan justeru oleh harga barang yang pertama kali dibeli atau pembelian awal.

Dengan ilustrasi yang sama maka metode LIFO akan menghasilkan nilai persediaan sebagai berikut:

Januari 1 Persediaan awal 10 ton @ 200.000

2.000.000

Januari 5 Pembelian 10 ton @ 210.000

2.100.000

Januari 26 Pembelian 30 ton @ 190.000

5.700.000

Januari 30 Pembelian 10 ton @ 205.000

2.050.000

Total 60 ton

11.850.000

Bila berdasarkan perhitungan persediaan secara fisik tanggal 30 Januari didapati 15 ton gula di gudang maka dapat ditentukan bahwa 60 ton – 15 ton = 45 ton gula telah terjual. Nilai dari 15 ton gula ini bila menggunakan metode LIFO adalah sebagai berikut:

10 ton dari persediaan awal dengan harga @ 200.000 =

2.000.000

5 ton dari pembelian tanggal 5 Januari yaitu @ 210.000 =

1.050.000

Total =

3.050.000


4.Metode identifikasi khusus (specific identification).

Metode ini adalah metode yang paling sempurna dalam menentukan berapa nilai persediaan yang ada karena setiap unit barang yang dibeli, digunakan, dan yang tersisa diidentifikasikan secara khusus berikut harga belinya.

Bila suatu perusahaan membeli dua unit barang dengan harga yang berbeda (karena kenaikan harga misalnya), pada saat pemakaian dapat diidentifikasi barang mana yang dipakai, mana yang tersisa, dan berapa harga belinya.

Metode ini umumnya digunakan pada perusahaan dagang. Produk yang dijual adalah produk yang memiliki identifikasi khusus. Contohnya adalah perusahaan penjualan perhiasan, penjual mobil bekas, dan lainnya. Jadi, umumnya secara kuantitas produknya tidak banyak dan masing-masing unit memiliki nilai signifikan.

Kelemahan mendasar dari metode ini terlihat ketika jenis barang yang disimpan sebagai persediaan adalah barang yang identik dan dapat dipertukarkan serta dalam kuantitas yang banyak. Sebagai ilustrasi, dibayangkan bagaimana pemakaian metode ini pada perusahaan dagang gula. Pembelian gula dilakukan beberapa kali dalam frekuensi yang tinggi dan tidak selalu dengan harga yang sama. Demikian juga dengan penjualannya.

Pembelian dan penjualan tidak selalu dalam kuantitas yang sama sehingga muncul persediaan yang bisa berasal dari beberapa harga pembelian. Padahal secara fisik persediaan gula tidak dapat dibedakan asalnya berdasarkan harga beli. Akibatnya tentu sangat sulit mengidentifikasikan barang tersebut karena gula dalam karung identik dan dapat tertukar dalam proses penyimpanan maupun pengambilannya.

Metode Penilaian Lainnya

PSAK No.14 (revisi 2008)
Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.

Kos persediaan mungkin akan mengalami penurunan apabila :

  1. Persediaan mengalami kerusakan
  2. Persediaan mengalami keusangan
  3. Harga jual mengalami penurunan
  4. Estimasi biaya penyeleseian atau biaya penjualan mengalami kenaikan

1. Metode Nilai Realisasi Netto

Penurunan nilai perusahaan dilakukan :

  • Untuk setiap unit persediaan
  • Untuk kelompok unit serupa atau berkaitan

Pengakuan :

  • Penurunan nilai persediaan diakui sebagai biaya pada periode saat kerugian terjadi

Kenaikan nilai persediaan yang disebabkan kenaikan nilai NRV (Net Realizable Value) akan diperlakukan sebagai pengurang kerugian penurunan nilai persediaan (pemulihan) pada periode terjadinya.

Contoh Soal :

Produk Unit Biaya/Unit Estimasi Harga Jual Estimasi Biaya Penjualan
A 1.000 100 120 10
B 500 110 110 5
C 800 120 100 6
D 1.000 120 125 10
E 300 130 150 20

Hitunglah penurunan Nilai Persediaan semua produk!

Produk Unit Biaya/Unit Total Biaya Estimasi NRV LCNRV Rugi
A 1.000 100 100.000 110.000 100.000 0
B 500 110 55.000 52.500 52.500 2.500
C 800 120 96.000 75.200 75.200 20.800
D 1.000 120 120.000 115.000 115.000 5.000
E 300 130 39.000 39.000 39.000 0
410.000 391.700 28.300

Jurnal yang dicatat :

Metode HPP
HPP 28.300
Persediaan 28.300
Metode Kerugian
Rugi Penurunan 28.300
Persediaan 28.300
Metode Cadangan
Laba-Rugi PN Persediaan 28.300
Cadangan PN Persediaan 28.300

2.Gross Profit Method (Metode Laba Kotor)

Asumsi yang mendasari :

  • Saldo awal persediaan plus pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan
  • Barang yang tidak dijual harus ada ditangan
  • Penjualan, dikurangi kos, dikurangkan dari jumlah persediaan awal plus pembelian, sama dengan persediaan akhir

Langsung ke contoh soal 🙂

PT ABC menggunakan metoda laba kotor untuk mengestimasi persediaan. Berikut ini adalah informasi untuk bulan Mei :

Persediaan Awal 160.000
Pembelian (kotor) 640.000
Biaya Angkut Pembelian 30.000
Penjualan 1.000.000
Retur Penjualan 70.000
Potongan Pembelian 12.000

Instruksi :
a) Hitunglah estimasi persediaan pada tgl 31 Mei dengan asumsi laba kotor 30% dari penjualan.
a) Hitunglah estimasi persediaan pada tgl 31 bulan Mei dengan asumsi laba kotor 30% dari Kos / HPP.

a)

Persediaan Awal  Rp  160.000
Pembelian (kotor)         640.000
Potongan Pembelian         (12.000)
Biaya Angkut Pembelian           30.000
Barang Tersedia Dijual         818.000
Penjualan     1.000.000
Retur Penjualan         (70.000)
Penjualan Bersih         930.000
Dikurangi Laba Kotor (30% x 930.000)         279.000
HPP         651.000
Taksiran Persediaan Akhir         167.000

b) 

Persediaan Awal  Rp  160.000
Pembelian (kotor)         640.000
Potongan Pembelian         (12.000)
Biaya Angkut Pembelian           30.000
Barang Tersedia Dijual         818.000
Penjualan     1.000.000
Retur Penjualan         (70.000)
Penjualan Bersih         930.000
Dikurangi Laba Kotor (30%/130% x 930.000)         214.644
HPP         715.356
Taksiran Persediaan Akhir         102.644

3.Retail Inventory Method (Metode Harga Eceran)

Sebuah metoda yang digunakan oleh para pengecer, untuk menilai sediaan barang tanpa menghitung fisik barang, dengan mengkonversi harga eceran ke kos.

  • Menghendaki para pengecer untuk memelihara :
  • Total kos dan harga ecerean barang yang dibeli
  • Total kos dan harga ecerean barang yang tersedia untuk dijual, dan
  • Penjualan periode berjalan
Harga Pokok Harga Eceran
Persediaan Awal    14.000.000      20.000.000
Pembelian (bersih)    63.000.000      90.000.000
Barang Tersedia Dijual    77.000.000    110.000.000
Penjualan (bersih)      85.000.000
Persediaan Akhir      25.000.000
Rasio Kos : Retail 70%
Persediaan Akhir    17.500.000

Rasio Kos = Barang Tersedia Dijual Harga Pokok dibagi Harga Eceran
77.000.000/110.000.000 = 70%
Persediaan akhir harga pokok = 70% x 25.000.000

Tinggalkan komentar